Selasa, 18 September 2012

LOMBA CERDAS CERMAT KITAB SUCI

Perayaan Ekaristi pada hari minggu, 16 September 2012 berakhir sekitar pukul 09.30 wita. Serta merta anak-anak siswa SD dan SMP berlari menuju ke Aula Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar, guna mengikuti lomba Cerdas Cermat Kitab Suci.

Minggu pagi yang cerah itu tampak semakin cerah dengan wajah ceria anak-anak peserta lomba. Secara berkelompok mereka menempati kursi-kursi yang telah diatur oleh panitia untuk kegiatan lomba. Para peserta terlihat sangat antusias dan menanti dengan cemas dimulainya lomba. Wajah-wajah polos anak-anak diselimuti ketegangan. Sekitar pukul 10.00 wita lomba dimulai, diawali dengan perkenalan masing-masing regu. 5 regu yang masing-masing beranggotakan 5 orang dengan penuh tekun dan perhatian mendengarkan petunjuk dari dewan juri, yaitu Ibu guru Sinta dan Bp. Dwi. Sesaat kemudian lomba dimulai, masing-masing regu menjawab soal pilihan regunya dengan penuh keyakinan. Semakin lama point semakin bertambah, menghiasi papan score yang ditulisi oleh kak Inggrid. Persaingan semakin ketat, sampai akhirnya babak beregu selesai. Para peserta menarik nafas lega, sementara panitia mengedarkan snack bagi para mereka untuk break sejenak. Semangat pulih kembali, peserta bersiap lagi mengikuti babak rebutan yang menjadi penentu bagi mereka untuk menjadi pemenang dalam lomba ini. Satu persatu soal dijawab peserta. Tampak bahwa pengetahuan kitab suci para peserta tidak diragukan lagi. Dengan antusias mereka berebut menjawab pertanyaan. Sampai akhirnya soal babak rebutan habis. Juri kemudian mengumumkan nilai perolehan terakhir. Dan akhirnya Regu E berhasil mengumpulkan nilai terbanyak  yaitu 1700, disusul di tempat kedua adalah Regu B dengan nilai 1600, dan tempat ketiga diraih oleh regu D dengan nilai 1300.

Sekalipun akhirnya ada peringkat bagi regu, namun tidak menyurutkan semangat para peserta lomba. Lomba yang berakhir sekitar pukul 12.00 wita ini membawa kesan tersendiri bagi peserta, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tetap tersenyum dan gembira.

Semoga lomba Cerdas Cermat ini bisa memotivasi anak-anak untuk lebih memahami dan menghayati Firman Tuhan melalui Kitab Suci.
*      Fransine Samangun
 











Senin, 10 September 2012

LOMBA LEKTOR DAN MAZMUR


 
 

            Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) yang difokuskan pada bulan September, menjadi bulan yang penuh dengan kegiatan bagi Gereja Paroki Santa Maria Ratu Rosari Gianyar. Kegiatan pendalaman kitab suci menjadi program utama dalam bulan ini. Masing-masing kring dengan KBGnya melaksanakan pendalaman KS setiap minggu selama bulan ini. Kegiatan imani tersebut dibarengi dengan serangkaian kegiatan lainnya dalam rangka perayaan Pesta pelindung Paroki yang akan diperingati pada bulan berikutnya, yaitu bulan Oktober. Bersamaan dengan perayaan Pesta Pelindung Paroki Oktober mendatang, juga akan dilaksanakan penerimaan Sakramen Krisma oleh Mgr. DR. Silvester San, Pr.

            Menyambut semua kegiatan itu, Paroki melalui Panitia penyelenggara Kring St. Barbara menggelar beberapa lomba yang diawali pada minggu, 9 September 2012  yaitu lomba Lektor dan Menyanyikan Mazmur. Lomba yang dimulai pukul 10.00 – 12.10 wita ini, diikuti oleh sekitar 60 peserta. Dengan semangat untuk menyuarakan firman Tuhan melalui tugas Lektor dan juga untuk memuji Tuhan melalui nyanyian Mazmur, para peserta tampak tekun mempersiapkan diri dan penuh suka cita mengikuti lomba ini.

            Lomba berlangsung dengan baik, peserta dapat menyelesaikan kegiatan lomba dengan penuh semangat. Pemenang lomba akan diumumkan pada hari raya pesta pelindung, sebulan yang akan datang.

Semoga kegiatan ini bisa memberi semangat bagi umat khususnya Orang Muda Katolik dan remaja Katolik paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar untuk semakin menyuarakan firman Tuhan dan menyanyikan pujian bagi Tuhan dengan penuh suka cita.


 
 
 
 
 

Rabu, 13 Juni 2012

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS


Secara tradisonal, pada awalnya sebutan yang tepat untuk Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah Sollemnitas Sanctissimi Corporis Christi yang kemudian dalam penggunaan populer digunakan frasa “Corpus Christi”. Pada awalnya memang tidak ada kata “Darah” walaupun dalam teks Misa dan Ibadat Harian (brevir) ada rujukan mengenai kata “Darah”
Perubahan yang terjadi adalah konsekuensi perubahan terhadap Festum Sanguinis Christi (Pesta Darah Mulia).Pesta Darah Mulia adalah salah satu Pesta “devosional” terhadap kemanusiaan Kristus. (Dalam Gereja Katolik ada tiga tingkatan hari-hari istimewa, yaitu Hari Raya/Solemnitas, Pesta/Festum, dan Peringatan/Memoraria).Pesta ini merupakan bagian dari “Pesta-pesta Sengsara” yang diadakan di hari-hari Jumat dalam Masa Prapaska di banyak tempat. Pesta-pesta ini dirayakan seturut penanggalan gerejawi lokal, dan pada awal abad ke-20 hanya diadakan terutama di tempat-tempat di mana (t)radisi ini berawal.
Pada 1849, Paus Pius IX menyatakan hari Minggu pertama bulan Juli sebagai Pesta Darah Mulia dan wajib dirayakan secara universal.Namun demikian beliau tidak menghapuskan hari-hari Jumat “Pesta sengsara” yang masih dipraktikan pada berbagai penanggalan gerejawi lokal.
Ketika Paus Pius X melakukan pembaruan penanggalan liturgi, Pesta Darah Mulia dipindahkan menjadi tanggal 1 Juli, dan sejalan dengan kerangka liturgis yang ditetapkan pada hari itu, maka banyak keuskupan dan ordo tidak mempraktikan lagi “Pesta-pesta Sengsara”.Namun pesta-pesta ini tetap dipertahankan seperti yang tertulis pada appendiks buku pedoman misa (missal) dengan judul “Pro Aliquibus Locis” (di banyak tempat).
Pada 1961, semua pesta-pesta sengsara termasuk Pesta Darah Mulia yang tercantum dalam appendix, dihapuskan, kecuali apabila ada permintaan dengan alasan yang masuk akal oleh ordo/kongregasi atau Keuskupan yang memiliki keterkaitan istimewa dengan pesta-pesta tersebut, misalnya kongregasi yang kemudian dikenal di Indonesia dengan nama Kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia (ADM).
Kebijakan gerejawi berubah pada masa kepemimpinan Paus Yohanes XXIII.Beliau adalah seorang yang berdevosi pada Darah Mulia. Beliau menambahkan frasa “Terpujilah darahNya yang mahaindah” (PS No.205), mempromulgasikan (mengumumkan secara resmi) Litani Darah Mulia yang disertai dengan indulgensi, dan mempromosikan devosi terhadap Darah Mulia melalui ensiklik “Inde a Primis”.
Pada tahun 60-an ada perubahan penanggalan liturgi Gereja universal.Diputuskan bahwa pesta-pesta devosional harus dipindahkan atau paling tidak diturunkan tingkatannya.Pesta Darah Mulia yang dirayakan pada 1 Juli juga turut dihapuskan, walaupun tidak lama setelah keputusan ini dikeluarkan, banyak petisi dari para Uskup yang meminta agar Pesta Darah Mulia tetap dilestarikan.Namun demikian Konsili menolak petisi-petisi tersebut dan memutuskan untuk menambahkan kata “Darah” sehingga Hari Raya yang kita rayakan secara resmi hari ini dinamakan “Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus” (Sollemnitas Sanctissimi Corporis et Sanguinis Christi) atau boleh juga disebut “Corpus Sanguinisque Christi”. Walaupun demikian, di banyak tempat, secara tradisional umat Katolik sudah telanjur terbiasa dengan penyebutan “Corpus Christi” dan kita pun saat ini tetap boleh menyebut Hari Raya ini sebagai “Corpus Christi” karena toh kita mengimani bahwa Hosti yang kita terima (apabila komuni hanya diterimakan dengan satu rupa), tidak pernah hanya Tubuh Kristus saja, melainkan sekaligus adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Kristus, pendek kata SELURUH KRISTUS YANG TELAH WAFAT DAN BANGKIT, DAN KINI BERTAKHTA DI SISI BAPA. Hal ini sesuai juga dengan teks Kitab Suci, Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti ATAU minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap Tubuh DAN Darah Tuhan..(1 Kor 11:27)  .
Disalin dari ”Gereja Katolik”

Sabtu, 04 Februari 2012

Lokakarya sehari DPP St. Maria Ratu Rosari Gianyar


PERUMUSAN PROGRAM KERJA DPP St. MARIA RATU ROSARI GIANYAR

Rabu 1 Februari 2012, bersamaan dengan hari raya Galungan bagi umat Hindu,  sekitar 28 orang anggota DPP dan para Ketua Kring beserta Pastor Paroki Rm. Agustinus Sugiyarso, Pr, menyelenggarakan lokakarya sehari dengan agenda tunggal, yaitu perumusan program kerja tahunan DPP St. Maria Ratu Rosari Gianyar. Sekalipun kegiatan ini berlangsung dari pukul 10.30 sampai 17.00 wita, tidak menjadikan peserta lokakarya jenuh. Dengan penuh semangat dan kritis peserta dan pastor paroki menganalisa rencana program kerja yang diajukan, dan kemudian dirumuskan bersama.
Semoga segala sesuatu yang dirumuskan dan digariskan menjadi program kerja ini, bisa terealisasi dan berguna bagi seluruh umat paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar.

Minggu, 29 Januari 2012

Wisata Rohani Sekami Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar

Sekami Ratu Rosari Gianyar

Gianyar - Riuh suara anak-anak anggota sekami Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar memenuhi aula susteran Kanosian, minggu 13 Nopember 2011, pukul 10.30 wita. Tidak seperti biasanya, setelah perayaan Ekaristi, dipagi menjelang siang itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan wisata rohani.

Wisata di Bukit Doa
Tepat pukul 11.15 wita, rombongan sekami St. Maria Ratu Rosari Gianyar yang terdiri dari 32 anak dan 4 orang Pembina berangkat dengan mengendarai satu bis dan dua mobil menuju ke tempat wisata rohani di desa Tegalalang-Ubud.
Suasana alam pedesaan yang asri yang dilalui rombongan sepanjang perjalanan, membuat perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu sekitar satu setengah jam itu tidak terasa, hingga pada pukul 13.00 wita rombongan tiba di lokasi wisata.
Hawa dingin yang segar menerpa wajah-wajah peserta wisata pimpinan kak Viana ini, sesaat setelah mereka turun dari kendaraan dan menginjakkan kaki di Bukit Doa, atau sering disebut Bagus Jati, di kecamatan Ubud, Kabupaten Dati II Gianyar.


Aneka Permainan
Didukung oleh suasana sunyi dan tenang, para anggota sekami mengawali aktifitas mereka dengan berdoa Rosario bersama. Setelah itu dengan dipandu oleh para Pembina yaitu Sr. Ima FdCC, Ibu Cecilia A.A. Widawati, kak Viana dan kak Christy, mereka memulai permainan-permainan yang menarik.
Suasana mendung yang mulai menyelimuti bukit doa, tidak menjadi halangan bagi keceriaan para peserta wisata rohani tersebut. Permainan demi permainan mereka ikuti dengan antusias dan penuh kegembiraan. Meskipun sesekali hujan turun , namun hal itu tidak menghalangi keakraban yang kian terjalin diantara para peserta wisata. ”Ada sesuatu yang unik saat permainan karpet ajaib, 1 kelompok yang terdiri dari 7 anak, harus menyebrang dengan menggunakan karpet. Awalnya mereka malu-malu tapi saat bermain, mereka sudah tidak pikir-pikir lagi mau berpegangan atau berpelukan, semua mereka lakukan dengan akrab dan senang hati.” Demikian ditegaskan kak Viana sebagai salah satu pemandu permainan tersebut.

Kegiatan sekami yang bertujuan untuk membangun rasa persaudaraan diantara anggota sekami St. Maria Ratu Rosari ini berakhir pukul 16.00 wita dengan kepuasan yang terpancar dari wajah para peserta. Lelah tidak terasa. Berbekal kegembiraan dan sejumlah bingkisan serta hadiah-hadiah, para peserta akhirnya meninggalkan lokasi wisata rohani.

Semoga keakraban yang sudah terjalin akan tumbuh semakin erat dalam jiwa dan semangat anak-anak Sekami St. Maria Ratu Rosari Gianyar.


Minggu, 22 Januari 2012

PROFILE Gereja St. Maria Ratu Rosari – Gianyar.

Ratu Rosari Gianyar
St. Maria Ratu Rosari Gianyar
Gerbang paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar



Gereja St. Maria Ratu Rosari Gianyar

Berdasarkan catatan yang tercatat dalam Buku Baptis Gereja Gianyar, maka dapat ditemui sebuah cerita menarik mengenai asal muasal atau perjalanan berdirinya gereja tersebut hingga saat ini. Pada tahun 1980, dalam Buku tersebut disebutkan bahwa gereja Gianyar masih disebut sebagai Stasi dan Imam yang sering melayani di gereja tersebut adalah Rom Mauritce Lecoutour, MEP.  Gereja Gianyar pada saat itu berada dalam wilayah Paroki Kepundung. Tercatat pula para Imam yang pernah melayani di gereja ini antara lain, Romo Subagha, SVD, Romo Guido Fahik, SVD dan Romo Adolfus Sanar, Pr. Namun dalam catatan buku tersebut terlihat bahwa Romo Mauritce-lah yang paling sering melayani di gereja ini. Tercatat tahun 1980 – 1997, beliau berkarya di gereja ini. Tak heran kemudian bahwa beliaulah kemudian yang dikenal sebagai Imam pertama yang meletakan dasar bagi karya pastoral disana. Selama berkarya itulah Beliau kemudian membangun Sekolah Ukir, Sasana Hasta Karya dan juga StK. St Maria yang merupakan cikal bakal berdirinya gereja Gianyar. Hal ini tentunya atas persetujuan dari Keuskupan Denpasar saat itu serta dengan dukungan Donatur yang Beliau dapatkan dari negeri asalnya; Prancis. Bersamaan dengan itu, Beliau membangun Balai pertemuan yang selanjutnya dijadikan Kapela untuk perayaan Misa Kudus (baik hari Minggu maupun pada hari raya besar lainnya). Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan perkembangan umat saat itu maka kemudian dibangunlah sebuah gereja untuk dapat menampung umat yang mulai bertambah banyak. Tepatnya pada tahun 1992 dibangunlah sebuah bangunan yang peruntukannya akan digunakan sebagai tempat ibadat atau misa pada hari Minggu atau pun hari raya besar lainnya. (Bangunan tersebut juga masih digunakan sebagai tempat perayaan Misa hingga saat ini). Pada bulan Maret tahun 1996,  Romo T. Natawijaya, Pr  mulai melanjutkan karya pastoral yang ditinggalkan Romo Mauritce, yang kemudian pindah atau kembali ke Prancis. Pada saat Romo Natawijaya, Pr atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Rm. Noto ini berkarya,  sebutan atau panggilan Pastor Paroki mulai dikenal di gereja ini. Hal ini juga  dapat dilihat dalam Surat Kontrak Perjanjian mengenai Kontrak Bangunan milik gereja Gianyar antara yang mana dalam surat tersebut disebutkan bahwa jabatan Rm. Noto, Pr  adalah sebagai Pastor Paroki Gereja Gianyar. Hal ini dipertegas lagi dalam KTP Rm. Noto, Pr  yang juga menyebutkan pekerjaan Beliau sebagai Pastor Paroki Gianyar. Beliau berkarya di gereja Gianyar sejak tahun 1997 – 2001, sebelum pada akhirnya berpulang kepada pangkuan Bapa Ilahi. Pada tanggal 16 Februari 2001, Rm.  T. Natawijaya, Pr  digantikan oleh Romo Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr. Pada masa Rm. Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr atau yang lebih sering disapa dengan Rm. Hans ini, gereja Gianyar juga mengalami banyak perubahan, baik dari pembangunan fisik maupun pertambahan umat. Pada masa Rm. Hans, Pr ini pula, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 2003,  gereja Gianyar menerima pelayanan Pastoral dengan kehadiran para suster - suster dari konggregasi Canossian yang hendak  berkarya di Gereja Gianyar. Selain bekarya dalam membantu tugas – tugas Pastoral, seperti Evangelisasi ( mendampingi Legio Maria, pembinaan putra – putri altar & Sekami, pembinaan Katekumen untuk orang dewasa, pendampingan bagi keluarga yang membutuhkan, pelayanan bagi orang – orang yang sakit serta memberi rekoleksi atau pelayanan doa kepada kelompok atau pribadi yang membutuhkan hingga pengurusan & pelayanan administrasi di paroki),  para suster Canossian ini juga berkarya dalam bidang pendidikan (TK) dan sosial. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 28 Desember 2003, saat merayakan Natal, telah dibangun GOA Maria yang diberkati dan diresmikan oleh yang mulia Uskup Denpasasr Mgr Dr. Benyamin Bria, Pr. Hal tersebut dapat terlihat dalam Prasasti yang ada pada salah satu dinding Goa tersebut. Pembangunan tersebut juga dimaksudkan , agar umat di Paroki Gianyar semakin rajin dan khusuk dalam berdevosi kepada Bunda Maria, yang menjadi pelindung dari Paroki tersebut. . Paroki Gianyar yang terbagi dalam 4  Kring (sebutan wilayah/sektor di gereja Gianyar), juga semakin dipertegas  batas – batas wilayahnya pada saat itu. 4 Kring tersebut antara lain ; Kring St. Barbara - Gianyar yang meliputi Gianyar Kota dan sekitarnya (hingga Pering dan Keramas), Kring St. Mikael – Ubud yang meliputi wilayah ubud, Kring St. Brigitha – Bitre yang meliputi Bitre, Bone, Sukawati, hingga Batubulan, dan Kring st. Damianus – Bangli yang meliputi Kab. Bangli. Pada tahun 2007, Rm. Hans, Pr kembali mendapat kepercayaan untuk tetap berkarya sebagai Pastor Paroki di Gianyar untuk periode yang ke-2, yaitu hingga tahun 2011.  Setelah itu Rm. Hans, Pr kemudian digantikan oleh Romo Agustinus Sugiyarto, Pr,  tepatnya pada tanggal 1 Februari 2010.  Walaupun baru sekitar 1 tahun lebih berkarya di Paroki Gianyar, Rm. Agus Pr langsung menunjukan keseriusannya dalam berkarya di Paroki Gianyar. Dengan senyumnya yang khas, atas inisiatif dan persetujuan dalam rapat Dewan Pastoral Parioki Gianyar (DPP), beliau berupaya agar segera dibangun Pagar Gereja. Pagar tersebut direncanakan akan selesai dikerjakan pada bulan Agustus tahun 2011 dan akan diresmilan serta diberkati pada bulan Oktober tahun 2011, tepat pada perayaan pesta Pelindung Paroki Gianyar. Bersamaan dengan pembangunan pagar tersebut juga akan dibangun toilet umum dan penataan parkiran kendaraan (roda dua & roda empat) gereja serta taman. . Semoga segala pekerjaan yang telah dilaksanakan dan perjalanan iman yang boleh dialami ini, semakin bertumbuh subur dalam hidup menggereja di Paroki tercinta, St. Maria Ratu Rosari – Gianyar.  

** ditulis oleh Simon Petrus

Selasa, 10 Januari 2012

7 OKTOBER PESTA SANTA PERAWAN MARIA RATU ROSARIO


Pada tanggal 7 Oktober 1571 terjadi suatu pertempuran armada laut yang dahsyat di Laut Tengah, dekat pantai Yunani. Tempat itu disebut Lepanto. Turki memiliki angkatan laut yang paling kuat di bawah pimpinan Halifasha. Sebelum pertempuran ini, Turki telah menyerang semua pelabuhan Katolik di Eropa. Paus Pius V yang pada waktu itu duduk di Tahta St. Petrus di Roma menyerukan supaya semua orang Katolik di Eropa bersatu dan bertahan terhadap serangan armada Halifasha. Kemudian Paus menunjuk Don Yuan dari Austria menjadi komandan armada gabungan Eropa yang akan menghadapi armada Turki.

Don Yuan terkenal memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria. Ketika tentara Katolik naik ke kapal untuk diberangkatkan ke medan perang, mereka masing-masing diberi rosario di tangan kanan, sementara tangan kiri mereka memegang senjata. Paus yang menyadari armada ini tidak ada artinya dibandingkan dengan armada Turki yang jumlahnya tiga kali lipat, meminta agar seluruh penduduk Eropa berdoa rosario. Di mana-mana orang berdoa rosario selama 24 jam terus-menerus.

7 Oktober 1571 pukul 11.30 kedua armada itu mulai bertempur dengan dahsyat hingga baru berakhir keesokan harinya pukul 5.30 sore. Mukjizat terjadi di sana. Ketika pertempuran sedang berlangsung sengit, tiba-tiba angin berubah arah sehingga menguntungkan pihak armada Katolik. Armada Turki berhasil dikalahkan. Halifasha mati terbunuh. Karena kemenangan rosario ini, maka tanggal 7 Oktober ditetapkan sebagai Hari Raya Rosario. 

 
“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”