Minggu, 29 Januari 2012

Wisata Rohani Sekami Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar

Sekami Ratu Rosari Gianyar

Gianyar - Riuh suara anak-anak anggota sekami Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar memenuhi aula susteran Kanosian, minggu 13 Nopember 2011, pukul 10.30 wita. Tidak seperti biasanya, setelah perayaan Ekaristi, dipagi menjelang siang itu, mereka mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan wisata rohani.

Wisata di Bukit Doa
Tepat pukul 11.15 wita, rombongan sekami St. Maria Ratu Rosari Gianyar yang terdiri dari 32 anak dan 4 orang Pembina berangkat dengan mengendarai satu bis dan dua mobil menuju ke tempat wisata rohani di desa Tegalalang-Ubud.
Suasana alam pedesaan yang asri yang dilalui rombongan sepanjang perjalanan, membuat perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu sekitar satu setengah jam itu tidak terasa, hingga pada pukul 13.00 wita rombongan tiba di lokasi wisata.
Hawa dingin yang segar menerpa wajah-wajah peserta wisata pimpinan kak Viana ini, sesaat setelah mereka turun dari kendaraan dan menginjakkan kaki di Bukit Doa, atau sering disebut Bagus Jati, di kecamatan Ubud, Kabupaten Dati II Gianyar.


Aneka Permainan
Didukung oleh suasana sunyi dan tenang, para anggota sekami mengawali aktifitas mereka dengan berdoa Rosario bersama. Setelah itu dengan dipandu oleh para Pembina yaitu Sr. Ima FdCC, Ibu Cecilia A.A. Widawati, kak Viana dan kak Christy, mereka memulai permainan-permainan yang menarik.
Suasana mendung yang mulai menyelimuti bukit doa, tidak menjadi halangan bagi keceriaan para peserta wisata rohani tersebut. Permainan demi permainan mereka ikuti dengan antusias dan penuh kegembiraan. Meskipun sesekali hujan turun , namun hal itu tidak menghalangi keakraban yang kian terjalin diantara para peserta wisata. ”Ada sesuatu yang unik saat permainan karpet ajaib, 1 kelompok yang terdiri dari 7 anak, harus menyebrang dengan menggunakan karpet. Awalnya mereka malu-malu tapi saat bermain, mereka sudah tidak pikir-pikir lagi mau berpegangan atau berpelukan, semua mereka lakukan dengan akrab dan senang hati.” Demikian ditegaskan kak Viana sebagai salah satu pemandu permainan tersebut.

Kegiatan sekami yang bertujuan untuk membangun rasa persaudaraan diantara anggota sekami St. Maria Ratu Rosari ini berakhir pukul 16.00 wita dengan kepuasan yang terpancar dari wajah para peserta. Lelah tidak terasa. Berbekal kegembiraan dan sejumlah bingkisan serta hadiah-hadiah, para peserta akhirnya meninggalkan lokasi wisata rohani.

Semoga keakraban yang sudah terjalin akan tumbuh semakin erat dalam jiwa dan semangat anak-anak Sekami St. Maria Ratu Rosari Gianyar.


Minggu, 22 Januari 2012

PROFILE Gereja St. Maria Ratu Rosari – Gianyar.

Ratu Rosari Gianyar
St. Maria Ratu Rosari Gianyar
Gerbang paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar



Gereja St. Maria Ratu Rosari Gianyar

Berdasarkan catatan yang tercatat dalam Buku Baptis Gereja Gianyar, maka dapat ditemui sebuah cerita menarik mengenai asal muasal atau perjalanan berdirinya gereja tersebut hingga saat ini. Pada tahun 1980, dalam Buku tersebut disebutkan bahwa gereja Gianyar masih disebut sebagai Stasi dan Imam yang sering melayani di gereja tersebut adalah Rom Mauritce Lecoutour, MEP.  Gereja Gianyar pada saat itu berada dalam wilayah Paroki Kepundung. Tercatat pula para Imam yang pernah melayani di gereja ini antara lain, Romo Subagha, SVD, Romo Guido Fahik, SVD dan Romo Adolfus Sanar, Pr. Namun dalam catatan buku tersebut terlihat bahwa Romo Mauritce-lah yang paling sering melayani di gereja ini. Tercatat tahun 1980 – 1997, beliau berkarya di gereja ini. Tak heran kemudian bahwa beliaulah kemudian yang dikenal sebagai Imam pertama yang meletakan dasar bagi karya pastoral disana. Selama berkarya itulah Beliau kemudian membangun Sekolah Ukir, Sasana Hasta Karya dan juga StK. St Maria yang merupakan cikal bakal berdirinya gereja Gianyar. Hal ini tentunya atas persetujuan dari Keuskupan Denpasar saat itu serta dengan dukungan Donatur yang Beliau dapatkan dari negeri asalnya; Prancis. Bersamaan dengan itu, Beliau membangun Balai pertemuan yang selanjutnya dijadikan Kapela untuk perayaan Misa Kudus (baik hari Minggu maupun pada hari raya besar lainnya). Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan perkembangan umat saat itu maka kemudian dibangunlah sebuah gereja untuk dapat menampung umat yang mulai bertambah banyak. Tepatnya pada tahun 1992 dibangunlah sebuah bangunan yang peruntukannya akan digunakan sebagai tempat ibadat atau misa pada hari Minggu atau pun hari raya besar lainnya. (Bangunan tersebut juga masih digunakan sebagai tempat perayaan Misa hingga saat ini). Pada bulan Maret tahun 1996,  Romo T. Natawijaya, Pr  mulai melanjutkan karya pastoral yang ditinggalkan Romo Mauritce, yang kemudian pindah atau kembali ke Prancis. Pada saat Romo Natawijaya, Pr atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Rm. Noto ini berkarya,  sebutan atau panggilan Pastor Paroki mulai dikenal di gereja ini. Hal ini juga  dapat dilihat dalam Surat Kontrak Perjanjian mengenai Kontrak Bangunan milik gereja Gianyar antara yang mana dalam surat tersebut disebutkan bahwa jabatan Rm. Noto, Pr  adalah sebagai Pastor Paroki Gereja Gianyar. Hal ini dipertegas lagi dalam KTP Rm. Noto, Pr  yang juga menyebutkan pekerjaan Beliau sebagai Pastor Paroki Gianyar. Beliau berkarya di gereja Gianyar sejak tahun 1997 – 2001, sebelum pada akhirnya berpulang kepada pangkuan Bapa Ilahi. Pada tanggal 16 Februari 2001, Rm.  T. Natawijaya, Pr  digantikan oleh Romo Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr. Pada masa Rm. Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr atau yang lebih sering disapa dengan Rm. Hans ini, gereja Gianyar juga mengalami banyak perubahan, baik dari pembangunan fisik maupun pertambahan umat. Pada masa Rm. Hans, Pr ini pula, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 2003,  gereja Gianyar menerima pelayanan Pastoral dengan kehadiran para suster - suster dari konggregasi Canossian yang hendak  berkarya di Gereja Gianyar. Selain bekarya dalam membantu tugas – tugas Pastoral, seperti Evangelisasi ( mendampingi Legio Maria, pembinaan putra – putri altar & Sekami, pembinaan Katekumen untuk orang dewasa, pendampingan bagi keluarga yang membutuhkan, pelayanan bagi orang – orang yang sakit serta memberi rekoleksi atau pelayanan doa kepada kelompok atau pribadi yang membutuhkan hingga pengurusan & pelayanan administrasi di paroki),  para suster Canossian ini juga berkarya dalam bidang pendidikan (TK) dan sosial. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 28 Desember 2003, saat merayakan Natal, telah dibangun GOA Maria yang diberkati dan diresmikan oleh yang mulia Uskup Denpasasr Mgr Dr. Benyamin Bria, Pr. Hal tersebut dapat terlihat dalam Prasasti yang ada pada salah satu dinding Goa tersebut. Pembangunan tersebut juga dimaksudkan , agar umat di Paroki Gianyar semakin rajin dan khusuk dalam berdevosi kepada Bunda Maria, yang menjadi pelindung dari Paroki tersebut. . Paroki Gianyar yang terbagi dalam 4  Kring (sebutan wilayah/sektor di gereja Gianyar), juga semakin dipertegas  batas – batas wilayahnya pada saat itu. 4 Kring tersebut antara lain ; Kring St. Barbara - Gianyar yang meliputi Gianyar Kota dan sekitarnya (hingga Pering dan Keramas), Kring St. Mikael – Ubud yang meliputi wilayah ubud, Kring St. Brigitha – Bitre yang meliputi Bitre, Bone, Sukawati, hingga Batubulan, dan Kring st. Damianus – Bangli yang meliputi Kab. Bangli. Pada tahun 2007, Rm. Hans, Pr kembali mendapat kepercayaan untuk tetap berkarya sebagai Pastor Paroki di Gianyar untuk periode yang ke-2, yaitu hingga tahun 2011.  Setelah itu Rm. Hans, Pr kemudian digantikan oleh Romo Agustinus Sugiyarto, Pr,  tepatnya pada tanggal 1 Februari 2010.  Walaupun baru sekitar 1 tahun lebih berkarya di Paroki Gianyar, Rm. Agus Pr langsung menunjukan keseriusannya dalam berkarya di Paroki Gianyar. Dengan senyumnya yang khas, atas inisiatif dan persetujuan dalam rapat Dewan Pastoral Parioki Gianyar (DPP), beliau berupaya agar segera dibangun Pagar Gereja. Pagar tersebut direncanakan akan selesai dikerjakan pada bulan Agustus tahun 2011 dan akan diresmilan serta diberkati pada bulan Oktober tahun 2011, tepat pada perayaan pesta Pelindung Paroki Gianyar. Bersamaan dengan pembangunan pagar tersebut juga akan dibangun toilet umum dan penataan parkiran kendaraan (roda dua & roda empat) gereja serta taman. . Semoga segala pekerjaan yang telah dilaksanakan dan perjalanan iman yang boleh dialami ini, semakin bertumbuh subur dalam hidup menggereja di Paroki tercinta, St. Maria Ratu Rosari – Gianyar.  

** ditulis oleh Simon Petrus

Selasa, 10 Januari 2012

7 OKTOBER PESTA SANTA PERAWAN MARIA RATU ROSARIO


Pada tanggal 7 Oktober 1571 terjadi suatu pertempuran armada laut yang dahsyat di Laut Tengah, dekat pantai Yunani. Tempat itu disebut Lepanto. Turki memiliki angkatan laut yang paling kuat di bawah pimpinan Halifasha. Sebelum pertempuran ini, Turki telah menyerang semua pelabuhan Katolik di Eropa. Paus Pius V yang pada waktu itu duduk di Tahta St. Petrus di Roma menyerukan supaya semua orang Katolik di Eropa bersatu dan bertahan terhadap serangan armada Halifasha. Kemudian Paus menunjuk Don Yuan dari Austria menjadi komandan armada gabungan Eropa yang akan menghadapi armada Turki.

Don Yuan terkenal memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria. Ketika tentara Katolik naik ke kapal untuk diberangkatkan ke medan perang, mereka masing-masing diberi rosario di tangan kanan, sementara tangan kiri mereka memegang senjata. Paus yang menyadari armada ini tidak ada artinya dibandingkan dengan armada Turki yang jumlahnya tiga kali lipat, meminta agar seluruh penduduk Eropa berdoa rosario. Di mana-mana orang berdoa rosario selama 24 jam terus-menerus.

7 Oktober 1571 pukul 11.30 kedua armada itu mulai bertempur dengan dahsyat hingga baru berakhir keesokan harinya pukul 5.30 sore. Mukjizat terjadi di sana. Ketika pertempuran sedang berlangsung sengit, tiba-tiba angin berubah arah sehingga menguntungkan pihak armada Katolik. Armada Turki berhasil dikalahkan. Halifasha mati terbunuh. Karena kemenangan rosario ini, maka tanggal 7 Oktober ditetapkan sebagai Hari Raya Rosario. 

 
“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”