Berdasarkan catatan yang tercatat dalam Buku Baptis Gereja Gianyar, maka dapat ditemui sebuah cerita menarik mengenai asal muasal atau perjalanan berdirinya gereja tersebut hingga saat ini. Pada tahun 1980, dalam Buku tersebut disebutkan bahwa gereja Gianyar masih disebut sebagai Stasi dan Imam yang sering melayani di gereja tersebut adalah Rom Mauritce Lecoutour, MEP. Gereja Gianyar pada saat itu berada dalam wilayah Paroki Kepundung. Tercatat pula para Imam yang pernah melayani di gereja ini antara lain, Romo Subagha, SVD, Romo Guido Fahik, SVD dan Romo Adolfus Sanar, Pr. Namun dalam catatan buku tersebut terlihat bahwa Romo Mauritce-lah yang paling sering melayani di gereja ini. Tercatat tahun 1980 – 1997, beliau berkarya di gereja ini. Tak heran kemudian bahwa beliaulah kemudian yang dikenal sebagai Imam pertama yang meletakan dasar bagi karya pastoral disana. Selama berkarya itulah Beliau kemudian membangun Sekolah Ukir, Sasana Hasta Karya dan juga StK. St Maria yang merupakan cikal bakal berdirinya gereja Gianyar. Hal ini tentunya atas persetujuan dari Keuskupan Denpasar saat itu serta dengan dukungan Donatur yang Beliau dapatkan dari negeri asalnya; Prancis. Bersamaan dengan itu, Beliau membangun Balai pertemuan yang selanjutnya dijadikan Kapela untuk perayaan Misa Kudus (baik hari Minggu maupun pada hari raya besar lainnya). Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan perkembangan umat saat itu maka kemudian dibangunlah sebuah gereja untuk dapat menampung umat yang mulai bertambah banyak. Tepatnya pada tahun 1992 dibangunlah sebuah bangunan yang peruntukannya akan digunakan sebagai tempat ibadat atau misa pada hari Minggu atau pun hari raya besar lainnya. (Bangunan tersebut juga masih digunakan sebagai tempat perayaan Misa hingga saat ini). Pada bulan Maret tahun 1996, Romo T. Natawijaya, Pr mulai melanjutkan karya pastoral yang ditinggalkan Romo Mauritce, yang kemudian pindah atau kembali ke Prancis. Pada saat Romo Natawijaya, Pr atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Rm. Noto ini berkarya, sebutan atau panggilan Pastor Paroki mulai dikenal di gereja ini. Hal ini juga dapat dilihat dalam Surat Kontrak Perjanjian mengenai Kontrak Bangunan milik gereja Gianyar antara yang mana dalam surat tersebut disebutkan bahwa jabatan Rm. Noto, Pr adalah sebagai Pastor Paroki Gereja Gianyar. Hal ini dipertegas lagi dalam KTP Rm. Noto, Pr yang juga menyebutkan pekerjaan Beliau sebagai Pastor Paroki Gianyar. Beliau berkarya di gereja Gianyar sejak tahun 1997 – 2001, sebelum pada akhirnya berpulang kepada pangkuan Bapa Ilahi. Pada tanggal 16 Februari 2001, Rm. T. Natawijaya, Pr digantikan oleh Romo Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr. Pada masa Rm. Yohanes Handriyanto Wijaya, Pr atau yang lebih sering disapa dengan Rm. Hans ini, gereja Gianyar juga mengalami banyak perubahan, baik dari pembangunan fisik maupun pertambahan umat. Pada masa Rm. Hans, Pr ini pula, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 2003, gereja Gianyar menerima pelayanan Pastoral dengan kehadiran para suster - suster dari konggregasi Canossian yang hendak berkarya di Gereja Gianyar. Selain bekarya dalam membantu tugas – tugas Pastoral, seperti Evangelisasi ( mendampingi Legio Maria, pembinaan putra – putri altar & Sekami, pembinaan Katekumen untuk orang dewasa, pendampingan bagi keluarga yang membutuhkan, pelayanan bagi orang – orang yang sakit serta memberi rekoleksi atau pelayanan doa kepada kelompok atau pribadi yang membutuhkan hingga pengurusan & pelayanan administrasi di paroki), para suster Canossian ini juga berkarya dalam bidang pendidikan (TK) dan sosial. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 28 Desember 2003, saat merayakan Natal, telah dibangun GOA Maria yang diberkati dan diresmikan oleh yang mulia Uskup Denpasasr Mgr Dr. Benyamin Bria, Pr. Hal tersebut dapat terlihat dalam Prasasti yang ada pada salah satu dinding Goa tersebut. Pembangunan tersebut juga dimaksudkan , agar umat di Paroki Gianyar semakin rajin dan khusuk dalam berdevosi kepada Bunda Maria, yang menjadi pelindung dari Paroki tersebut. . Paroki Gianyar yang terbagi dalam 4 Kring (sebutan wilayah/sektor di gereja Gianyar), juga semakin dipertegas batas – batas wilayahnya pada saat itu. 4 Kring tersebut antara lain ; Kring St. Barbara - Gianyar yang meliputi Gianyar Kota dan sekitarnya (hingga Pering dan Keramas), Kring St. Mikael – Ubud yang meliputi wilayah ubud, Kring St. Brigitha – Bitre yang meliputi Bitre, Bone, Sukawati, hingga Batubulan, dan Kring st. Damianus – Bangli yang meliputi Kab. Bangli. Pada tahun 2007, Rm. Hans, Pr kembali mendapat kepercayaan untuk tetap berkarya sebagai Pastor Paroki di Gianyar untuk periode yang ke-2, yaitu hingga tahun 2011. Setelah itu Rm. Hans, Pr kemudian digantikan oleh Romo Agustinus Sugiyarto, Pr, tepatnya pada tanggal 1 Februari 2010. Walaupun baru sekitar 1 tahun lebih berkarya di Paroki Gianyar, Rm. Agus Pr langsung menunjukan keseriusannya dalam berkarya di Paroki Gianyar. Dengan senyumnya yang khas, atas inisiatif dan persetujuan dalam rapat Dewan Pastoral Parioki Gianyar (DPP), beliau berupaya agar segera dibangun Pagar Gereja. Pagar tersebut direncanakan akan selesai dikerjakan pada bulan Agustus tahun 2011 dan akan diresmilan serta diberkati pada bulan Oktober tahun 2011, tepat pada perayaan pesta Pelindung Paroki Gianyar. Bersamaan dengan pembangunan pagar tersebut juga akan dibangun toilet umum dan penataan parkiran kendaraan (roda dua & roda empat) gereja serta taman. . Semoga segala pekerjaan yang telah dilaksanakan dan perjalanan iman yang boleh dialami ini, semakin bertumbuh subur dalam hidup menggereja di Paroki tercinta, St. Maria Ratu Rosari – Gianyar.
** ditulis oleh Simon Petrus